Rabu, 02 Mei 2018

Catatan Tentang Kamu

pict source here


Cerita ini masih tentang kamu.

Ketika menuliskan ini, aku sedang mencoba menahan diri untuk tidak bertanya-tanya bagaimana kabarmu, apakah kamu baik-baik saja, apa yang kamu lakukan hari ini, apakah kamu sibuk, atau pertanyaan sejenis lainnya. Karena jika aku tau sedikit saja tentangmu, hal itu akan membuatku memikirkanmu lebih jauh.

Butuh waktu yang tidak sedikit untuk menimbang-nimbang apakah aku harus menceritakan ini kepada kamu atau tidak. Tetapi pada akhirnya, aku tetap menuliskan ini meski aku yakin sepertinya kamu tidak akan membacanya.

Hari ini aku tidak sengaja melihat dan membongkar kembali barang-barang lama yang aku simpan dalam lemari, dan aku menemukan buku catatan usang bersampul merah muda yang aku miliki ketika aku duduk di sekolah menengah. Aku membaca kembali beberapa ingatan lama yang aku tulis di dalamnya, dan hampir semuanya tentang kamu tentu saja.

Salah satunya adalah perihal pertama kali kita bersua, perkara aku dan kamu yang dulu masih begitu belia, dan bagaimana rasa ini mulai ada. Semuanya tertulis dengan rapi dan tanpa celah. Aku tidak pernah menyangka bahwa menuliskan apa-apa tentang kamu sudah menjadi kegemaranku sejak lama.

Aku membaca kembali tulisan itu satu persatu. Rasanya masih sama, aku selalu saja seperti dilempar kembali ke masa lalu. Masa dimana aku yang manaruh rasa dengan seluruh, dan aku harap sekarang tidak lagi seperti dulu. Semuanya masih sama seperti waktu itu, yang berbeda ialah kamu.

Sejujurnya aku sudah memprediksi apa yang akan aku rasakan nanti setelah aku membaca tulisan-tulisan itu. Dan ternyata benar, aku rindu. Terdengar klise memang, tapi ini nyata adanya.

Aku tidak yakin apakah aku juga harus menceritakan bagian ini atau tidak. Tetapi setelah itu, aku sempat berselisih dengan sisi lain dari diriku. Dan akhirnya aku memutuskan untuk merobek satu-persatu halaman itu dan membuangnya agar aku tidak bisa membacanya lagi jika suatu waktu nanti aku rindu. Apakah itu pilihan yang tepat menurut kamu? Aku yakin kamu setuju.

Jadi kukira, dengan hilangnya tulisan tentang kamu di buku catatan merah mudaku, aku berharap hilang pula kenangan apa-apa tentang kamu di kepalaku.