Rabu, 18 November 2015

Kau; ialah Mawar.

pict source here

Kau mawar; Indah, tapi menyisa luka.
Kau mawar; Berduri, yang melukis duka di hati.
Kau mawar; Rupawan, tapi membawa kepedihan.

Kupandang mawar di sudut jendela yang kini mulai layu, seperti mataku yang mendadak sayu setelah kepergianmu.

Kupandang kembali mawar yang warnanya telah memudar, seperti aku yang mulai sadar, kau bukan lagi tempat ternyaman untukku bersandar.

Lagi - lagi; kupandang mawar yang kini tak lagi menawan, seperti kau yang terus menyakitiku dengan perlahan.

Dulu; kau menjelma mawar yang begitu indah, hingga aku percaya kau lelaki terbaik yang pernah ada.

Hingga akhirnya, mawar itu layu. Dan kau; melangkahkan kakimu menjauh dari pelataran hatiku.

Hingga akhirnya, kelopak mawar itu satu persatu meranggas. Dan kau; meninggalkanku tanpa sebab dan alasan yang jelas.

Kau tak lagi menjelma mawar yang mengakar di hati, sebab kini, durimu menusuk diri.

Kau mawarku; yang (kini) telah layu.

Kamis, 16 Juli 2015

Rindu Gema di Malam Takbir

pict source here

"Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Allaahu akbar.. Laa - ilaaha - illallaahu wallaahu akbar.. Allaahu akbar walillaahil - hamd"

Senja telah tergelincir diufuk barat. Kini saatnya sang mentari bertugas untuk menjemput bulan; Sang bidadari malam.

Adzan maghrib mulai terdengar berkumandang dari surau, seolah mengingatkan kepada umat Muhammad untuk menghentikan aktivitasnya sejenak dan memenuhi panggilan Sang Percipta agar melaksanakan kewajibannya; Sholat.

Malam ini; Malam penuh kemenangan, Malam penuh kegembiraan, Malam penuh sukacita bagi sebagian umat manusia di pelosok negeri.

Perlahan mulai terdengar Gema Takbir mengalun bertalu-talu dari beberapa surau, seakan mengajak insan yang mendengarnya untuk ikut mengumandangkan takbir dan mengagungkan kebesaran Tuhan.

Aku masih berdiri mematung disini, Kenangan 14 tahun yang lalu itu singgah kembali.

Malam itu; Malam 14 tahun yang lalu, Aku (masih) menyungging senyum menyambut hari kemenangan yang sudah berdiri didepan mata.
berlarian membawa bunga api bersama segelintir anak-anak manusia, beramai-ramai melangkahkan kaki pergi ke sebuah surau tua.

Malam itu; Malam 14 tahun yang lalu, aku (masih) menyambut takbir bersama orang yang telah menjadikanku seperti saat ini; kedua orang tuaku; Ayah dan Ibuku.

(dan) Malam ini; ada satu rasa yang terselip; yang menyeruak dan masuk kedalam rongga dadaku; Rasa Rindu.

Aku rindu malam takbir 14 tahun yang lalu, Aku rindu alunan yang menggema di seantero semesta, Aku rindu percikan bunga api yang menghiasi cakrawala, Aku rindu suasana gegap gempita yang (dulu) pernah ada, Aku rindu Ibu dan Ayah; Aku rindu itu semua.

Aku mulai beranjak dari sini dan mengusap tetesan kristal-kristal bening yang meluncur deras dari sudut mataku.

Dan pertanyaannya; Akankah rasa rinduku yang menyiksa kalbu ini akan terobati(?)

Senin, 15 Juni 2015

Kau; ialah Rumah

pict source here


Bagi sebagian orang, Rumah ialah tempat yang paling nyaman untuk singgah ketika kita mulai lelah.

Bagi sebagian orang yang lain, Rumah ialah tempat untuk melepaskan segala penat setelah letih bekerja dan beraktivitas di luar sana.

Tetapi bagiku, Rumah ialah; Kau.

Pelukanmu serupa Rumah; Tempat ternyaman untuk merebahkan segala yang lelah dalam diriku.

Lenganmu serupa Rumah; Tempat tungku perapian paling hangat untuh meluruhkan seluruh gigil.

Bulu matamu serupa Rumah; Bagai tirai pelindung dari kejamnya dunia fatamorgana.

Kelopak matamu serupa Rumah; Atap bagi istana tempat paling tabah untuk meneduhkan segala resah.

Pundakmu serupa Rumah; Tempat untuk bersandar ketika tangis mulai pecah karena luka.

Keningmu serupa Rumah; Tempat terlapang yang menenangkan untuk segala lara.

Hembus nafasmu serupa Rumah; Tempat yang menghangatkan ketika aku menggigil kedinginan.

Bibirmu serupa Rumah; Tempat segala muara bagi anak - anak rindu untuk pulang.

Dan kau ialah Rumah; Sejauh apapun aku melangkah, selama apapun aku singgah, Percayalah; Kau adalah Rumah untukku, Aku akan kembali pulang padamu.

Rabu, 20 Mei 2015

Aku Merasa Sendiri (Tanpamu)

pict source here
Sepertinya, ada yang berbeda semenjak kepergianmu. Tak ada lagi canda, tak ada lagi tawa, dan tak ada lagi sapaan selamat pagi yang hangat darimu.

Hari itu; semenjak kau memutuskan untuk pergi dari hidupku, memutuskan untuk mengakhiri kisah kita, dan kau dengan mudah memutuskan untuk memilih melupa dengan semua kenangan - kenangan kita.

Dan pada hari itu pula; aku duduk terpaku di sebuah bangku taman dibawah rerimbunan pohon ek, tempat kita (dulu) menghabiskan waktu bersama.

Aku merasa berbeda, seolah ada separuh dari bagian tubuhku yang hilang seiring dengan langkah kepergianmu dan punggungmu yang berjalan menjauh meninggalkanku.

Aku tak mungkin bisa sepertimu, yang dengan mudahnya melupa semua tentang kita. Aku merasa berbeda.

Aku merasa sendiri, Aku merasa sepi; Tanpamu (lagi).

Rabu, 06 Mei 2015

What Should We Do?

pict source here

Apa yang harus kita lakukan jika kita kecewa pada seseorang? Kecewa pada sikapnya, Kecewa pada perkataannya, dan Kecewa pada semua janji yang telah diucapkannya.

Apa yang harus kita lakukan jika kita tak pernah dihargai lagi oleh seseorang? Kebaikan kita, Ketulusan kita, bahkan Pengorbanan yang kita berikan kepada mereka.

Apa yang harus kita lakukan jika kita merasa tak pernah dianggap lagi oleh seseorang yang kita sayangi? Padahal kita telah mengorbankan semua hal yang kita mampu untuk mereka.

Apa yang harus kita lakukan jika orang yang kita kira mencintai dan menyayangi kita ternyata tak pernah benar - benar memberikan seluruh rasa sayangnya kepada kita? Padahal kita sangat menyayanginya dan berharap orang tersebut melakukan hal yang sama kepada kita.

Apa yang harus kita lakukan jika orang yang kita sayangi telah menemukan bahagianya dengan seseorang yang bukan kita? Padahal kita sangat bahagia berada didekatnya dan berharap orang tersebut pun juga bahagia ketika bersama dengan kita; tetapi kenyataannya tidak demikian.

Kita tidak bisa melakukan apa - apa selain Diam, mendo'akan yang terbaik untuknya; dan juga mendo'akan kebahagiaan untuk kita sendiri.

Jumat, 01 Mei 2015

Selamat Ulang Tahun, Ra.

Hai, Ra. Selamat mengulang Hari dan Bulan yang ke17 yaaa. yang pasti semoga panjang umur, selalu diberi kesehatan. makin pinter, makin cantik, makin dewasa, makin sabar. Jangan banyak ngeluh kayak aku yaaa, Ira yang aku kenal bukan seperti itu wkwk.

Semoga persahabatan kita tidak berhenti sampai disini. Semoga kau juga dapat meraih cita - citamu sesuai dengan yang kau inginkan. Aku disini hanya bisa merapal do'a untukmu. tetep jadi Ira yang apa adanya.

Maaf, karena aku belum bisa menjadi Sahabat yang baik untukmu. Maaf, aku telah banyak merepotkanmu. Maaf, jika ada perkataanku yang tak berkenan. Maaf, jika aku pernah menggoreskan luka. Maaf, jika aku pernah membuat air matamu luruh.

Terima Kasih, telah menjadi Sahabat yang baik untukku. Terima Kasih, telah hadir dalam hidupku. Terima Kasih, atas semua pengorbanan dan perhatianmu padaku. Terima Kasih, Kau Sahabat yang Hebat!!

Ah, sepertinya aku mulai kehabisan kata - kata. Tetap menjadi Sahabat yang Hebat dan Kuat yaaaa{}


Your (best) Friend
Masitha Tafaqqurillah

Senin, 27 April 2015

Aku Berdiri Disini

pict source here

Aku berdiri disini; dibawah pendar lampu di bahu jalan yang sempat menjadi kenangan.

Aku berdiri disini; mencoba memutar kembali memori - memori yang pernah kita lalui.

Aku berdiri disini; di tempat yang sempat membuat pelukan kita erat.

Aku berdiri disini; di ujung waktu yang membuat punggung kita menjauh.

Aku berdiri disini; dibawah sorotan cahaya lampu kota yang pernah membekukan kita.

Aku berdiri disini; merasakan suara kakimu melangkah yang dahulu pernah singgah.

Aku berdiri disini; menangisi kepergianmu yang membuat hatiku pilu.

Aku berdiri disini; tak pernah menduga, kau akan menggoreskan luka.

Aku berdiri disini; memandang jejak kakimu yang melangkah pergi dan membawa semua janji yang kini kau ingkari.

Aku berdiri disini; mencoba mencerna perkataanmu yang menyakitiku dengan seluruh, hingga hati ini tak lagi utuh.

Aku berdiri disini; mencoba melupakan semua kenangan, walau sangat menyakitkan.

Dan aku berdiri disini; Sendiri.

Minggu, 26 April 2015

Terima Kasih

pict source here

Terima Kasih telah hadir dalam hidupku, Walaupun hanya seperti angin lalu.

Terima Kasih telah mengenalku, Walaupun tak pernah bisa kusentuh bayangmu.

Terima Kasih untuk luka yang kau beri, Walau sampai sekarang luka itu tak bisa pulih.

Terima Kasih kau telah memberi arti, Walau pada akhirnya kau telah pergi.

Terima Kasih telah menggoreskan sejarah cinta, Walau hanya meninggalkan seberkas luka.

Terima Kasih kau pernah datang, Walau pada akhirnya kau pun menghilang.

Terima Kasih telah berkawan, Walaupun kau tak pernah memberi harapan.

Terima Kasih telah memberi selembar kenangan, walaupun itu sangat menyakitkan.

Terima Kasih pernah memberiku pertemuan, Walau pada akhirnya harus dipisahkan oleh tangan Tuhan.

Terima Kasih kau telah datang dan pergi sesuka hati, Walau itu terasa sangat pedih.

Terima Kasih kau pernah singgah, Walau pada akhirnya kau akan melangkah.

Terima Kasih telah memberi arti pertemanan, Walau pada akhirnya berujung perpisahan.

Terima Kasih telah menjadi penyemangat, Walaupun itu hanya bertahan sesaat.

Terima Kasih telah memberi senyuman, Walau kau tak pernah ada perasaan.

Terima Kasih telah mengajari arti keikhlasan, Walau pada akhirnya aku akan belajar untuk melupakan.

Terima Kasih telah memberi luka. Terima Kasih:'))

Minggu, 19 April 2015

Berteman Dengan Gelap

pict source here

Bulan samar-samar menghilang. Mentari mengintip dari langit timur dan perlahan mulai naik. Seberkas cahaya masuk melalui ventilasi ruang kamarku yang tak seberapa besar ini.

Aku mungkin tak bisa melihatnya, tapi aku bisa merasakannya. yaa, begitu hangat.

Aku membuka kedua mataku. tapi semuanya sama saja, gelap; tanpa seberkas cahaya.

Aku gadis belia yang dilahirkan 16 tahun yang lalu, saat itu kesempurnaan fisik (mungkin) tidak berpihak padaku.
Sejak aku menghembuskan nafas untuk yang pertama kalinya didunia, yang ada hanya; gelap.

Aku tidak (pernah) tau apa itu cahaya, definisi cahaya, atau bagaimana bentuk dari cahaya itu sendiri.

Aku juga tidak pernah berteman dengan cahaya, menggenggamnya, apalagi menjadikan teman setiaku; tidak pernah.

Jangankan untuk berteman, bahkan aku; selama 16 tahun, tidak pernah melihat cahaya; setitik pun tidak.

Aku tau cahaya itu ada, aku bisa merasakannya. tapi sayang, ia tidak berpihak kepadaku. Aku juga tau, ia selalu ada disekitarku. Tapi kenapa ia tak pernah menuntunku(?)

Gelap. 16 tahun aku hanya Berteman dengan kegelapan, Melihat dengan perasaan, dan Melangkah dengan harapan.

Terkadang; aku ingin protes. Kenapa dunia begitu kejam(?) Kenapa tidak ada yang berpihak padaku; bahkan cahaya sekalipun(?)

(dan) Terkadang; aku juga berpikir. Lalu siapa yang harus disalahkan dalam hal ini(?)

TAKDIR. Mungkin itu jawaban yang tepat untuk pertanyaan retorik ini. Mungkin juga ini Suratan dari Illahi yang telah digariskan untukku.

Aku selalu berharap bisa melihat indahnya bunga ditaman, burung-burung yang berterbangan, bintang yang bertaburan, eloknya langit senja, bentangan langit biru, dan tetesan embun pagi.

Aku bosan dengan warna Eigengrau, aku ingin hidup dengan warna-warni dunia fatamorgana.

Aku berharap; suatu saat nanti, cahaya akan berpihak kepadaku, menggenggamku, dan menjadikannya teman setiaku.

Entahlah; aku tak tau pasti kapan, tapi aku percaya pada secuil harapan itu. Suatu hari nanti. Semoga saja.

Cinta di Langit Senja

pict source here

"Langit Senja"
Langit senja selalu saja terlihat sangat indah. Senja, saat dimana sang mentari pulang ke peraduannya dan digantikan oleh rembulan sang raja malam untuk menyinari bumi tuhan.

Saat Senja, hamparan langit yang tadinya biru kini telah berganti warna menjadi jingga. Sungguh gradasi warna yang benar-benar luar biasa. Indah sekali.

Senja, saat dimana makhluk-makhluk bersayap untuk kembali ke sarangnya. Mereka terbang bebas membumbung tinggi diatas awan. Seolah tidak pernah takut pada bahaya yang menghadang.

Langit saat senja, sungguh panorama yang luar biasa indah. Langit yang bertabur mega dengan kapas-kapas putih yang membumbung di udara. Semburat rona jingganya menghiasi cakrawala.

Langit senja, selalu saja terlihat sangat indah. Aku gadis pencinta senja, aku menyukai hamparan langit saat senja.

Tapi itu dulu, iyaa aku (dulu) memang sangat menyukai senja. Tapi tidak untuk sekarang, tidak untuk saat ini.

Ada sepotong kisah pahit masa lalu dibalik senja. Saat senja tiba, seolah separuh jiwa dan hatiku juga ikut tenggelam bersama temaramnya senja.

Senja telah membawa orang yang aku sayangi; bahkan yang aku cintai, telah pergi. Mungkin sekarang aku memang tidak menyukai senja (lagi), tapi aku tidak akan (pernah) membencinya.

Senja mempunyai banyak cerita. Cerita tentang aku dan dia, cerita tentang kita berdua, cerita cinta.

Langit Senja 3 tahun yang lalu, senja telah membawanya pergi; orang yang (benar-benar) aku cintai.

Langit Senja 3 tahun yang lalu masih sama dengan Langit Senja saat ini, masih tetap menyakitkan.

Dulu; beberapa tahun yang lalu, pernah ada kisah cinta disini, di langit senja ini.

Kisah cinta 2 makhluk yang disebut manusia. Tapi kini senja itu telah membawanya pergi, dan mungkin tak akan kembali (lagi).

Dan bodohnya aku, aku masih menunggu dia untuk kembali. Berharap dia masih ada sekeping cinta yang tersisa.

Mungkin bagi sebagian orang senja itu tak ada artinya. Tapi bagiku, senja itu menyimpan banyak cerita cinta.

Dan mungkin semua orang menganggapku gila, tidak waras, atau entahlah itu; karena masih menunggunya disini, tapi aku tidak peduli.

Aku akan tetap menunggu gamboge saat senja, dan berharap akan ada cerita cinta (lagi) disini; dan (semoga) akan berakhir bahagia.