Senin, 27 April 2015

Aku Berdiri Disini

pict source here

Aku berdiri disini; dibawah pendar lampu di bahu jalan yang sempat menjadi kenangan.

Aku berdiri disini; mencoba memutar kembali memori - memori yang pernah kita lalui.

Aku berdiri disini; di tempat yang sempat membuat pelukan kita erat.

Aku berdiri disini; di ujung waktu yang membuat punggung kita menjauh.

Aku berdiri disini; dibawah sorotan cahaya lampu kota yang pernah membekukan kita.

Aku berdiri disini; merasakan suara kakimu melangkah yang dahulu pernah singgah.

Aku berdiri disini; menangisi kepergianmu yang membuat hatiku pilu.

Aku berdiri disini; tak pernah menduga, kau akan menggoreskan luka.

Aku berdiri disini; memandang jejak kakimu yang melangkah pergi dan membawa semua janji yang kini kau ingkari.

Aku berdiri disini; mencoba mencerna perkataanmu yang menyakitiku dengan seluruh, hingga hati ini tak lagi utuh.

Aku berdiri disini; mencoba melupakan semua kenangan, walau sangat menyakitkan.

Dan aku berdiri disini; Sendiri.

Minggu, 26 April 2015

Terima Kasih

pict source here

Terima Kasih telah hadir dalam hidupku, Walaupun hanya seperti angin lalu.

Terima Kasih telah mengenalku, Walaupun tak pernah bisa kusentuh bayangmu.

Terima Kasih untuk luka yang kau beri, Walau sampai sekarang luka itu tak bisa pulih.

Terima Kasih kau telah memberi arti, Walau pada akhirnya kau telah pergi.

Terima Kasih telah menggoreskan sejarah cinta, Walau hanya meninggalkan seberkas luka.

Terima Kasih kau pernah datang, Walau pada akhirnya kau pun menghilang.

Terima Kasih telah berkawan, Walaupun kau tak pernah memberi harapan.

Terima Kasih telah memberi selembar kenangan, walaupun itu sangat menyakitkan.

Terima Kasih pernah memberiku pertemuan, Walau pada akhirnya harus dipisahkan oleh tangan Tuhan.

Terima Kasih kau telah datang dan pergi sesuka hati, Walau itu terasa sangat pedih.

Terima Kasih kau pernah singgah, Walau pada akhirnya kau akan melangkah.

Terima Kasih telah memberi arti pertemanan, Walau pada akhirnya berujung perpisahan.

Terima Kasih telah menjadi penyemangat, Walaupun itu hanya bertahan sesaat.

Terima Kasih telah memberi senyuman, Walau kau tak pernah ada perasaan.

Terima Kasih telah mengajari arti keikhlasan, Walau pada akhirnya aku akan belajar untuk melupakan.

Terima Kasih telah memberi luka. Terima Kasih:'))

Minggu, 19 April 2015

Berteman Dengan Gelap

pict source here

Bulan samar-samar menghilang. Mentari mengintip dari langit timur dan perlahan mulai naik. Seberkas cahaya masuk melalui ventilasi ruang kamarku yang tak seberapa besar ini.

Aku mungkin tak bisa melihatnya, tapi aku bisa merasakannya. yaa, begitu hangat.

Aku membuka kedua mataku. tapi semuanya sama saja, gelap; tanpa seberkas cahaya.

Aku gadis belia yang dilahirkan 16 tahun yang lalu, saat itu kesempurnaan fisik (mungkin) tidak berpihak padaku.
Sejak aku menghembuskan nafas untuk yang pertama kalinya didunia, yang ada hanya; gelap.

Aku tidak (pernah) tau apa itu cahaya, definisi cahaya, atau bagaimana bentuk dari cahaya itu sendiri.

Aku juga tidak pernah berteman dengan cahaya, menggenggamnya, apalagi menjadikan teman setiaku; tidak pernah.

Jangankan untuk berteman, bahkan aku; selama 16 tahun, tidak pernah melihat cahaya; setitik pun tidak.

Aku tau cahaya itu ada, aku bisa merasakannya. tapi sayang, ia tidak berpihak kepadaku. Aku juga tau, ia selalu ada disekitarku. Tapi kenapa ia tak pernah menuntunku(?)

Gelap. 16 tahun aku hanya Berteman dengan kegelapan, Melihat dengan perasaan, dan Melangkah dengan harapan.

Terkadang; aku ingin protes. Kenapa dunia begitu kejam(?) Kenapa tidak ada yang berpihak padaku; bahkan cahaya sekalipun(?)

(dan) Terkadang; aku juga berpikir. Lalu siapa yang harus disalahkan dalam hal ini(?)

TAKDIR. Mungkin itu jawaban yang tepat untuk pertanyaan retorik ini. Mungkin juga ini Suratan dari Illahi yang telah digariskan untukku.

Aku selalu berharap bisa melihat indahnya bunga ditaman, burung-burung yang berterbangan, bintang yang bertaburan, eloknya langit senja, bentangan langit biru, dan tetesan embun pagi.

Aku bosan dengan warna Eigengrau, aku ingin hidup dengan warna-warni dunia fatamorgana.

Aku berharap; suatu saat nanti, cahaya akan berpihak kepadaku, menggenggamku, dan menjadikannya teman setiaku.

Entahlah; aku tak tau pasti kapan, tapi aku percaya pada secuil harapan itu. Suatu hari nanti. Semoga saja.

Cinta di Langit Senja

pict source here

"Langit Senja"
Langit senja selalu saja terlihat sangat indah. Senja, saat dimana sang mentari pulang ke peraduannya dan digantikan oleh rembulan sang raja malam untuk menyinari bumi tuhan.

Saat Senja, hamparan langit yang tadinya biru kini telah berganti warna menjadi jingga. Sungguh gradasi warna yang benar-benar luar biasa. Indah sekali.

Senja, saat dimana makhluk-makhluk bersayap untuk kembali ke sarangnya. Mereka terbang bebas membumbung tinggi diatas awan. Seolah tidak pernah takut pada bahaya yang menghadang.

Langit saat senja, sungguh panorama yang luar biasa indah. Langit yang bertabur mega dengan kapas-kapas putih yang membumbung di udara. Semburat rona jingganya menghiasi cakrawala.

Langit senja, selalu saja terlihat sangat indah. Aku gadis pencinta senja, aku menyukai hamparan langit saat senja.

Tapi itu dulu, iyaa aku (dulu) memang sangat menyukai senja. Tapi tidak untuk sekarang, tidak untuk saat ini.

Ada sepotong kisah pahit masa lalu dibalik senja. Saat senja tiba, seolah separuh jiwa dan hatiku juga ikut tenggelam bersama temaramnya senja.

Senja telah membawa orang yang aku sayangi; bahkan yang aku cintai, telah pergi. Mungkin sekarang aku memang tidak menyukai senja (lagi), tapi aku tidak akan (pernah) membencinya.

Senja mempunyai banyak cerita. Cerita tentang aku dan dia, cerita tentang kita berdua, cerita cinta.

Langit Senja 3 tahun yang lalu, senja telah membawanya pergi; orang yang (benar-benar) aku cintai.

Langit Senja 3 tahun yang lalu masih sama dengan Langit Senja saat ini, masih tetap menyakitkan.

Dulu; beberapa tahun yang lalu, pernah ada kisah cinta disini, di langit senja ini.

Kisah cinta 2 makhluk yang disebut manusia. Tapi kini senja itu telah membawanya pergi, dan mungkin tak akan kembali (lagi).

Dan bodohnya aku, aku masih menunggu dia untuk kembali. Berharap dia masih ada sekeping cinta yang tersisa.

Mungkin bagi sebagian orang senja itu tak ada artinya. Tapi bagiku, senja itu menyimpan banyak cerita cinta.

Dan mungkin semua orang menganggapku gila, tidak waras, atau entahlah itu; karena masih menunggunya disini, tapi aku tidak peduli.

Aku akan tetap menunggu gamboge saat senja, dan berharap akan ada cerita cinta (lagi) disini; dan (semoga) akan berakhir bahagia.