Beberapa hari yang lalu saya baru
selesai membaca sebuah novel yang ditulis oleh penulis asal Turki, Serdar Ozkan,
yang berjudul The Missing Rose. Seperti pada postingan sebelumnya, di sini saya
akan membagikan quotes atau kutipan pada novel tersebut. Tapi sebelum itu, for the first, let’s read the blurb!
***
Diana adalah wanita
muda yang cerdas dan cantik, dan memiliki segalanya, namun tidak bahagia,
karena kebutuhannya untuk mendapatkan persetujuan dan pujian dari orang-orang
lain, telah membuatnya tak bisa menjadi diri sendiri.
Ketika ibunya menjelang
ajal, Diana baru mengetahui bahwa dia mempunyai saudari kembar bernama Mary.
Sang ibu mengatakan Mary sedang dalam bahaya, dan Diana harus menemukan dan
menyelamatkannya.
Satu-satunya petunjuk
hanyalah surat-surat Mary kepada ibu mereka. Dalam surat itu, Mary mengisahkan
perjalanannya ke sebuah taman mawar di Istambul, di mana dia belajar berbicara
dengan mawar-mawar.
Berbekal surat itu,
Diana berangkat ke negeri asing, menempuh perjalanan yang akan membawanya pada
suatu penemuan yang sungguh tak diduganya.
***
Novel yang diterbitkan Gramedia pada
tahun 2009 ini berjumlah 224 halaman. Meski tidak terlalu tebal, namun novel
ini sarat dengan kutipan-kutipan yang mungkin akan membuat kalian terkesan.
Mulai dari kutipan yang penuh makna hingga kutipan yang sangat dekat dengan
kehidupan sehari-hari kita.
Honestly,
saya sempat bingung kutipan mana yang harus saya masukkan untuk postingan ini
karena terlalu banyak ‘quotes-of-the-missing-rose-that-i-like’. Jadi buat
kalian kalian yang suka dengan tipikal buku yang ‘full of quotes’, saya rasa
tidak ada salahnya mencoba membaca novel ini. Worth it, kok. Terlepas dari itu,
alur ceritanya memang benar-benar mengesankan. Bahkan sampai sekarang saya
masih belum bisa move on dari novel tersebut.
Memang tidak semua kutipan akan saya tulis
karena terlalu banyak, mungkin hanya beberapa saja. Tapi tak apa, tak ada
salahnya untuk mengintip. Check this
out!
“Mom
bilang kau dan aku kembar. Tapi bagiku kau bukan siapa-siapa, tak lebih dari
ilusi.” –hal 13
“Aku
pergi untuk merebut kembali mawarku…” –hal 20
“Kaubilang
kau selalu bersamaku… Kalau memang begitu, kenapa aku sangat merindukanmu?”
–hal 27
“Bukan,
bukan seperti yang kaukira
Kau
tidak kehilangan aku.
Aku
bicara padamu lewat segala sesuatu
Di
balik lembar kenangan…” –hal 30
“Kalau
aku hanya menggunakan mata untuk melihat, aku pasti tersesat dalam dunia kalian
yang samar-samar.” –hal 51
“…Dia
bukan hanya seorang ibu, dia, dia cahaya yang menyinari semua orang di
sekelilingnya,”
“Itu
benar,”
“Tapi
aku tidak pernah mendekati cahayanya, aku tidak pernah berusaha mendapatkan
terangnya… Dan saat segalanya hampir berubah, dia pergi.” –hal 54
“Mungkin
hidup jadi lebih mudah kalau pikiranmu tidak terlalu waras.” –hal 60
“Entahlah,
aku tidak yakin apa aku ingin dia menganggapku berbeda hanya karena aku pernah
masuk Harvard. Aku tidak ingin sengsara nantinya karena tidak dicintai apa
adanya…
Kalau
dia menyukaiku karena aku sempat kuliah di Harvard, lebih baik dia tidak
menyukaiku sama sekali. Aku bukan pendidikanku. Atau pekerjaanku, atau otakku…
Dan aku bukan gabungan semuanya.” –hal 71
“Well,
seperti semua orang. Kita semua mengira kita melihat orang yang sama ketika
menatap cermin setiap pagi. Teman-teman kita mengira mereka melihat orang yang
sama bahkan setelah tidak bertemu beberapa bulan.
…mereka
tidak pernah berpikir orang yang ada di depan mereka mungkin sudah jadi orang
yang baru… Menurutku dalam jangka waktu beberapa hari saja orang bisa berubah.”
–hal 83
“Selama
waktu bergulir maju, masa depan yang membuat kita terpesona hanyalah masa lalu
yang belum tersentuh.” –hal 85
“…Supaya
kau tidak merasa kehilangan, jangan mencari apa yang sudah kaumiliki, di luar
dirimu sendiri.” –hal 93
“Bukankah
realitas juga sulit dipercaya? Bumi yang kita pijak ini misalnya, rasanya
begitu stabil, padahal rotasinya lebih cepat daripada pesawat tercepat.” –hal
117
“Selama
kau percaya pada kemampuanmu sendiri, aku percaya padamu.” –hal 125
“…Kadang
sikap diam lebih meyakinkan daripada ratusan janji yang terucap.” –hal 133
“…pemahaman
diri ibarat tangga dan untuk memanjat lebih jauh, kau tidak boleh memijak anak
tangga yang sudah kautinggalkan.” –hal 139-140
“Aku
tidak pernah mengharapkan mereka untuk berlutut di hadapanku. Tidak, itu bukan
cinta. Cinta tidak merendahkan para pencinta, melainkan meninggikannya.” –hal
168
“Tak
ada seorang pun yang sempurna. Kita juga tidak perlu jadi sempurna. Semua orang
berharap untuk dikagumi dan diterima oleh orang-orang di sekeliling mereka. Itu
normal.” –hal 176
“Lebih
dari yang lain, mawar disebut mawar karena wanginya.” –hal 179
“Hanya
orang-orang yang berani berkorbanlah yang bisa meraih hal-hal yang baik.” –hal
179-180
Itu tadi beberapa kutipan dari novel The
Missing Rose. Terlepas dari itu, ada dua kutipan yang jadi favorit saya sejauh
ini. Bukan karena kata-katanya, terlebih karena maknanya.
“Satu-satunya
hal yang kaubutuhkan untuk merasa istimewa adalah dirimu sendiri.” –hal 25
“…Ada
yang beranggapan Tuhan terlalu hebat dan terlalu mulia untuk ikut mengurusi
masalah sehari-hari kita. Padahal justru sebaliknya, karena Dia hebat dan
mulia, Dia ikut terlibat dalam masalah kita yang paling sepele sekalipun.” –hal
134
Jadi, gimana? Tertarik untuk mencoba
membaca novel ini?