![]() |
| pict source here |
Teruntuk
Revan Mahardika,
Yang
(kuharap) kehadirannya benar – benar nyata.
Halo
Revan,
Senang
sekali rasanya bisa mengirimkan sepucuk surat untukmu, walau aku sendiri
sebenarnya tidak yakin apakah kau mau membacanya atau tidak. Tapi berharap
sedikit rasanya tak apa, kan?
Kau
sendiri apa kabar?
Kuharap
jawabanmu lebih dari sekedar baik. Ah iyaa salam dariku untuk Reina, kuharap
dia juga baik. Ah tentu saja, kau pasti tak akan membiarkan dia kenapa – napa,
kan? Aku tau.
Sampaikan
juga salamku untuk Aldo, Bagas, dan Angga yaa. Katakan pada mereka terima kasih
karena selalu menghiburku dengan kekonyolannya. Pertemanan kalian sungguh luar
biasa.
Aku
ingin sedikit bercerita tentang bagaimana aku mulai mengenalmu dan Reina,
kuharap kau tidak keberatan mendengar ceritaku.
Semua
bermula dari seorang teman yang mengenalkanku pada cerita cintamu dan Reina di
Wattpad. Mungkin kau tidak tau, tapi kau–Revan–sedikit banyak telah membuatku
jatuh dan tenggelam dalam dunia khayalku tentangmu.
Kemudian
aku mengikuti perjalanan cintamu dengan Reina yang luar biasa dan pertemanan
kalian yang tak kalah luar biasa pula.
Dan
akhirnya aku jatuh cinta padamu, pada karaktermu, pada sikapmu, dan pada caramu
memperlakukan wanita dengan begitu istimewa.
Ah
rasanya aku jatuh cinta pada apa – apa yang melekat di dirimu, juga pada semua
yang berhubungan denganmu.
Aku
tak tau mengapa ini bisa terjadi. Tapi bukankah Reina pernah mengatakan bahwa
it’s not crime to fall in love, as long as it’s still in healthy way, right?
Dan aku juga tak mengerti apakah itu wajar atau tidak, karena Reina juga
mengatakan kalau manusia nggak akan pernah bisa memegang kendali atas
perasaannya sendiri.
Walaupun
aku telah jatuh cinta padamu, tapi aku tak akan mungkin tega merusak
kebahagiaanmu dengan Reina. Ah iyaa, sekarang bolehkah aku membicarakan gadismu
yang luar biasa itu? Kau pasti tak keberatan.
Revan,
aku tau betul kau benar – benar mencintainya. Aku tau kau ingin menjaga hatinya
melebihi siapapun agar gadis itu tidak jatuh dan terluka. Aku juga sangat yakin
kalau kau tak akan melukainya. Aku percaya.
Kau
pasti juga tau kalau kau dan Reina begitu bertolak belakang. Reina tidak suka kopi,
sedangkan kau, kau betul – betul mencintai kopi jenis apapun. Reina memiliki
selera musik yang berkiblat pada musik Korea, sementara kau lebih menyukai
musik pop punk ala green day dan blink 182. Tapi itu tak akan jadi alasan, kan?
Bukankah perbedaan itu indah?
Kau
juga pernah membayangkan bagaimana rasanya hidup tanpa adanya Reina didalamnya,
benar? Kau tak perlu khawatir, bukankah Reina pernah mengatakan padamu bahwa
dia tak pernah menganggapmu sebagai pengalihan, pelarian, atau apapun itu. Kau
sangat penting baginya. Kau harus percaya.
Jadi
Revan, kau tak perlu takut jika suatu saat nanti gadis itu memutuskan untuk
berhenti menggenggam tanganmu dan pergi. Aku yakin itu tak akan terjadi,
because you’ve always been so good to her, she’s so happy to have you in her
life. I’m sure for this. Kau harus percaya, karena kau selalu membuatnya merasa
lebih baik. Dan kau akan bertahan untuknya apapun yang terjadi, benar? Dan aku
yakin dia pasti akan melakukan hal yang sama.
Revan,
aku tau kehadiranmu semu dan maya. Kau hanya hidup dalam pikiran pembaca. Tapi
meskipun begitu, hehadiranmu benar – benar terasa seperti nyata.
Mungkin
ini terdengar konyol. Tapi jika boleh aku berharap, suatu saat nanti semoga aku
dipertemukan dengan seseorang sepertimu, yang mencintai dan memperlakukan
wanitanya dengan istimewa dan dengan cara yang luar biasa. Sedikit aneh memang,
tapi kukira berharap sedikit rasanya tak apa.
Ah, aku terlalu banyak berharap. Padahal aku ingin sepertimu, yang tak membiarkan
diri sendiri memiliki ekspektasi yang berlebihan. Supaya ketika kenyataannya
tak sejalan dengan yang kita inginkan, kita masih bisa bangkit lagi meski
bertahap. Bukan begitu, Van? Tapi nyatanya aku memiliki ekspektasi yang terlalu
besar.
Ah, rasanya suratku ini terlalu panjang, yaa? Kau pasti merasa sangat bosan
membacanya. Padahal masih banyak hal yang ingin kukatakan. Tapi baiklah, kukira
akan lebih baik jika aku mengakhirinya. Terima kasih Revan, karena sudah
meluangkan waktumu–yang pasti sangat berharga–untuk membaca surat ini.
Satu
hal lagi, semoga kau dan Reina, juga teman – temanmu, selalu berbahagia.
See
you in another life, Revan!
Dari
Aku,
Seseorang
yang berharap kehadiranmu tak hanya semu.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar