Sabtu, 11 Februari 2017

Bersyukurlah, Berbahagialah

Jika kamu bangun tidur dan menemukan sepucuk surat beramplop merah jambu di atas meja, itu surat dariku sayang, bukalah. Maaf aku diam-diam menuliskannya untukmu. Jika kamu sekarang mengernyitkan dahi melihat sepucuk surat beramplop merah jambu di atas meja, itu surat dariku sayang, bacalah. Maaf aku mengendap-endap mengirimkannya untukmu. Kamu tak perlu membalasnya, Sayang. Cukup duduklah dengan manis, buka, kemudian baca sampai habis.

Aku tau setelah ini kamu akan membersihkan diri dan berlama-lama mematut dirimu di depan cermin hingga penampilanmu terlihat rapi. Kemudian kamu menyempatkan menyeduh teh buatanmu sendiri dengan kadar gula satu setengah sendok. Dan sebelum meminumnya, kamu akan memejamkan mata dan menghirup aromanya dalam-dalam terlebih dahulu. Lihat, aku bahkan hafal kebiasaanmu di luar kepala.

Sayang, aku melihatmu akhir-akhir ini lebih suka menyendiri daripada bercengkrama dengan orang-orang di sekitarmu. Aku mengamatimu belakangan ini lebih suka berdiam diri daripada berkumpul dan bercanda dengan kawan-kawanmu. Bahkan beberapa orang yang ingin mengobrol denganmu kamu acuhkan begitu saja. Itu bukan dirimu, Sayangku. Dirimu yang kukenal bukan orang seperti itu, kamu selalu senang dan cepat akrab ketika bertemu dengan orang-orang baru. Bukan begitu?

Kamu selalu pandai menyembunyikan lukamu, Sayangku. Aku tau. Di hadapan mereka kamu memperlihatkan seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengan dirimu. Mereka mengira kamu gadis yang kuat, gadis yang hebat. Mengapa sekarang kamu menampakkan semua kesedihanmu, apakah kamu lelah berpura-pura, Sayangku?

Sayang, sore nanti, mari luangkan waktumu barang sejenak. Mari mengobrol denganku di beranda rumahmu, ditemani teh yang kamu seduh sendiri dengan takaran gula satu setengah sendok. Mari berbicara denganku di beranda rumahmu, menyaksikan senja yang dengan tamaknya memancarkan cahayanya di langit barat. Mari Sayangku, ceritakan semuanya kepadaku.

Tapi sebelum itu, aku ingin kamu mendengarkanku.

Sayang,
Aku tau tidak begitu mudah menyembuhkan luka-luka di masa lalu, luka yang sampai sekarang belum lekas kering, luka yang sampai sekarang begitu membekas di hati dan ingatanmu. Aku tau itu tidak semudah menyembuhkan luka di lutut ketika kamu jatuh. Kamu pasti tidak menginginkan hal itu terjadi kepadamu, kamu pasti lelah terus-terusan bertemu dengan orang yang selalu menyakitimu. Aku pun sama, semua orang tidak menginginkannya, Sayang.

Aku tidak ingin melihat kamu bersedih, aku tidak ingin melihat kamu kecewa. Sungguh, aku juga tidak ingin melihatmu terluka.. Tapi terkadang kesedihan itu sesekali perlu singgah di hidup kita, agar kamu bisa menghargai apa itu bahagia. Terkadang kekecewaan itu sesekali perlu untuk kita rasa, agar kamu bisa berlapang dada dan belajar untuk menerima. Terkadang pula luka itu sesekali perlu ada, agar kamu bisa belajar untuk dewasa.

Jika kamu ingin hidup tanpa bayang-bayang dari masa lalu, tolong maafkan mereka. Maafkan mereka yang pernah menyakitimu, maafkan mereka yang pernah membuatmu sedih dan kecewa, maafkan mereka yang pergi dengan meninggalkan luka. Aku tau itu tidak akan mudah, tapi setidaknya kamu harus mencoba. Cobalah untuk berdamai dengan mereka, Sayang. Cobalah untuk berdamai dengan masa lalu.

Sayang, coba lihat sekelilingmu. Banyak orang yang hidupnya kurang beruntung dibandingkan denganmu, tapi mereka tetap tidak pernah lupa untuk bersyukur atas hidupnya. Jadi Sayangku, kamu tidak perlu terus-terusan bersedih, itu hanya akan menguras tenaga dan pikiranmu. Banyaklah bersyukur atas hidupmu.

Sayang, coba lihat sekelilingmu. Banyak orang yang menyayangimu. Kamu hanya perlu sadar akan hal itu, berhentilah berpura-pura acuh. Terimalah orang-orang baru yang datang di hidupmu dengan senang hati, jangan menutup diri. Kamu selalu senang dan cepat akrab ketika bertemu dengan orang-orang baru. Bukan begitu?

Kamu tidak perlu menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya, kamu tidak perlu memikirkan apa yang akan terjadi di hidupmu nanti, itu bukan porsimu, Sayang. Kamu hanya perlu menjalaninya, kamu hanya perlu untuk memasrahkan semuanya, dan biarkanlah rencana-Nya yang bekerja.

Keluarlah, Sayang. Ada begitu banyak bahagia yang menunggu untuk kamu jemput. Keluarlah, barangkali kamu menemukan apa yang selama ini kamu cari.
Keluarlah, Sayang. Ada begitu banyak kejutan di luar sana yang mungkin tidak akan pernah kamu sangka. Keluarlah, tegakkan kepalamu, perlihatkan senyum manismu, jabat tangan mereka yang ingin berkenalan dan mungkin akan menjadi teman baikmu.

Sayang, sore nanti, mari luangkan waktumu barang sejenak. Mari mengobrol denganku di beranda rumahmu, ditemani teh yang kamu seduh sendiri dengan takaran gula satu setengah sendok. Mari berbicara denganku di beranda rumahmu, menyaksikan senja yang dengan tamaknya memancarkan cahayanya di langit barat. Mari Sayangku, ceritakan semuanya kepadaku.

Suratku ternyata lebih panjang dari apa yang aku perkirakan. Maafkan aku telah menyita banyak waktumu. Satu hal yang selalu kamu tau, bahkan jika dunia beserta isinya membencimu, ingatlah aku menyayangimu dengan seluruh.

Bersyukurlah, kemudian berbahagialah.

Dari Aku,
Bagian lain dari dirimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar